Penyusun: Usman Tahir, S.Ag Lembaga: Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gorontalo
Khutbah Pertama
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ.
Innal hamda lillahi, nahmaduhu, wa nasta'īnuhu, wa nastaghfiruhu, wa na'ūdzu billahi min syurūri anfusinā, wa sayyi'āti a'mālinā. Man yahdihillāhu falā mudhilla lahu, wa man yudhlil falā hādiya lahu.
أَشْهَدُ أَن لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
Asyhadu an lā ilāha illallāhu waḥdahu lā syarīka lahu, wa asyhadu anna Muḥammadan 'abduhū wa rasūluh.
أَللهُمَّ صَلَّ وَ سَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.
Allāhumma ṣalli wa sallim 'alā sayyidinā Muḥammadin wa 'alā ālihī wa ṣaḥbihī ajma'īn.
أَمَّا بَعْدُ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Ammā ba'du, yā ayyuhalladzīna āmanū, ittaqullāha ḥaqqa tuqātihī wa lā tamūtunna illā wa antum muslimūn.
Kaum Muslimin raḥimakumullāh.
Segala puji bagi Allah subḥānallāhu wa ta'ālā yang telah memberikan kita semua nikmat Islam, iman, dan kesehatan, sehingga masih bisa mendekatkan diri kepada-Nya melalui ibadah wajib shalat Jumat, serta bisa merasakan nikmat dan karunia kehidupan yang kita jalani saat ini.
Shalawat dan salam mudah-mudahan terus mengalir kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW., nabi terakhir yang Allah utus sebagai rahmat bagi alam semesta.
Selanjutnya, khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat di Masjid yang penuh berkah ini, untuk selalu meningkatkan ketaatan, dan semangat dalam melaksanakan ketaatan dalam beribadah, serta semangat dalam meninggalkan setiap sesuatu yang tidak diridhai oleh Allah Swt.. Marilah kita tumbuhkan semangat dalam beribadah dan melakukan setiap kebajikan. Āmīn Allāhumma Āmīn.
Ma'āsyiral Muslimīn raḥimakumullāh,
Standar Kesuksesan yang Sesungguhnya
Definisi Sukses: Sukses adalah sebuah keberhasilan dari sesuatu yang diinginkan, dan hal ini berlaku disegala keinginan manusia. Sukses itu relatif, baik berupa kebaikan ataupun kedzaliman, dan setiap manusia menginginkan kesuksesan yang berbeda-beda.
Setiap insan menginginkan kesuksesan yang abadi, kebahagiaan yang sempurna, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kesuksesan atau kebahagiaan dunia dan akhirat tidak akan mungkin diraih tanpa pengorbanan dan perjuangan yang sangat besar di sisi Allah Jalla Wa'ala.
Sebagaimana dikatakan oleh pepatah Arab:
تَرْجُو النَّجَاةَ وَلَمْ تَسْلُكْ مَسَالِكَهَا فَإِنَّ السَّفِينَةَ لَمْ تَجْرِي عَلَى الْيَبْسِ
"Tarjūn najāta wa lam tasluk masālikahā, fa innas safīnata lam tajrī 'alal yabs."
"Engkau menginginkan kesuksesan (kebahagiaan) tetapi engkau enggan menempuh jalannya, karena yang namanya kapal tidak akan mungkin berlayar di atas daratan.".
Ma'āsyiral Muslimīn raḥimakumullāh, apa itu kesuksesan yang sesungguhnya?
1. Harta Bukan Standar Kesuksesan
Seandainya kesuksesan diukur dengan banyaknya harta, maka yang paling sukses adalah Qarun. Namun, Allah telah menenggelamkan Qarun bersama hartanya.
Harta bukanlah standar kesuksesan atau kebahagiaan. Akhir perjalanan Qarun adalah pelajaran terbaik bagi siapa saja yang menganggap standar kesuksesan itu dengan harta yang berlimpah ruah.
arun adalah hamba yang memiliki harta berlimpah, sampai-sampai kunci-kunci perbendaharaannya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat, sebagaimana firman Allah: QS. Al-Qashash: 76
إِنَّ قَرُونَ كَانَ مِن قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَءَاتَيْنَهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوأُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ
"Inna Qārūna kāna min qaumi Mūsā fabaghā 'alaihim wa ātaināhu minal kunūzi mā inna mafātiḥahū latanū'u bil 'uṣbati ūlil quwwah. Idz qāla lahū qaumuhū lā tafraḥ, innallāha lā yuḥibbul fariḥīn."
"Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri".
2. Kekuatan dan Kekuasaan Bukan Standar Kesuksesan
Seandainya kesuksesan diukur dengan jabatan, tentu yang paling sukses adalah Firaun, karena ia adalah seorang Raja, namun Allah menenggelamkannya karena kesombongannya.
Seandainya kesuksesan diukur dengan pangkat, tentu yang paling sukses adalah Haman, perdana menterinya Firaun, namun Allah telah menenggelamkannya bersama Firaun.
Kekuatan dan kekuasaan bukanlah standar kesuksesan atau kebahagiaan. Akhir hayat perjalanan Firaun adalah peringatan dan pelajaran terbaik.
Begitu sombongnya Firaun sampai ia berkata kepada menterinya, "Wahai menteriku Hamman, buatkan untukku Piramida (buatkan untukku tangga), saya mau ke langit saya mau jumpa dengan Tuhannya Musa..." (QS. Al-Mu'minun: 36-37). Bahkan ia berkata: QS. An-Nazi'at: 24
أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى
"Anā rabbukumul a'lā."
"...Aku Tuhan yang paling tinggi di muka bumi ini".
Apa yang terjadi? Allah mematikan Firaun di tengah laut hidup-hidup dan mencampakkan mayatnya ke atas darat, sedangkan pasukannya tenggelam tanpa didapatkan jasadnya.
3. Standar Kesuksesan Menurut Al-Qur'an dan Sunnah
Ketiga perkara di atas (harta, kekuatan, jabatan) yang mayoritas manusia anggap sebagai standar kesuksesan dan kebahagiaan, bukanlah standar menurut Al-Qur'an dan Hadits Nabi.
Lantas, apa standar kesuksesan menurut Al-Qur'an dan Sunnah Nabi SAW.?
QS. Al-Ahzab: 71
وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
"Wa may yuṭi'illāha wa rasūlahū fa qad fāza fauzan 'aẓīmā."
"...Barangsiapa yang selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya (apapun profesinya, apapun pangkatnya dia tetap taat kepada Allah taat kepada Rasul-Nya) maka sungguh dialah orang yang telah meraih kesuksesan yang besar."
Kesuksesan diartikan keberhasilan, kebahagiaan, ketenangan, kesenangan, dan kejayaan, tetapi semua itu hanya sementara sifatnya.
Harta benda akan meninggalkan kita atau kita yang akan meninggalkannya. Jabatan akan dipergilirkan oleh Allah.
Sesungguhnya orang yang sukses adalah orang yang beruntung, yaitu: Untung di dunia dan untung di akhirat.
Kesuksesan sejati adalah sukses di dunia dengan:
Rizki yang berkah
Ketaqwaan yang tinggi
Ilmu yang bermanfaat
Sabar, tawakal, dan syukur
Sebagaimana do'a yang sering kita mohonkan:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"Rabbanā ātinā fid dunyā ḥasanatan wa fil ākhirati ḥasanatan wa qinā 'adzāban nār."
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia serta di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa api neraka."
Tuntunan Meraih Sukses Dunia dan Akhirat
Untuk mendapati kesuksesan dunia dan akhirat, renungkanlah Hadits dari Anas bin Malik R.A., Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa menjadikan akhirat tujuannya (niatnya), niscaya Allah akan menjadikan kekayaannya di dalam hatinya. Dia akan mengumpulkan segala urusannya yang tercerai berai, dan dunia datang padanya dalam keadaan hina. Dan barang siapa menjadikan dunia tujuannya (niatnya), niscaya Allah akan menjadikan kefakiran berada di depan matanya. Dia akan mencerai-beraikan segala urusannya yang menyatu, dan tidak datang kepadanya dari dunia kecuali sekadar yang telah ditakdirkan baginya." (HR. Tirmidzi) .
Dalam riwayat lain Nabi SAW bersabda:
"Sumber segala perbuatan dosa adalah cinta dunia, (dan yang dimaksud dari dunia adalah sesuatu yang lebih dari sekedar kebutuhan). Siapa yang begitu gila dengan dunianya, maka itu akan memudaratkan akhiratnya. Siapa yang begitu cinta akhiratnya, maka itu akan mengurangi kecintaannya pada dunia. Dahulukanlah negeri yang akan kekal abadi (akhirat) dari negeri yang akan fana (dunia)." (HR. Ahmad) .
Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Qasas ayat 77:
وَابْتَغِ فِيمَا أَتْكَ اللهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنُ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
"Wabtaghi fīmā ātākallāhud dāral ākhirata wa lā tansa naṣībaka minad dunyā, wa aḥsin kamā aḥsanallāhu ilaika, wa lā tabghil fasāda fil arḍ, innallāha lā yuḥibbul mufsidīn."
"Dan carilah (pahala) kebahagiaan negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan".
Demikianlah gambaran sebuah kesuksesan yang telah banyak dilupakan oleh sebagian Ummat Islam akhir zaman, semoga kita semua bisa meraih kesuksesan baik di dunia ataupun di akhirat nanti. Āmīn Allāhumma Āmīn.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ ال آيَاتِ وَ ذِكْرِ الحَكِيمِ وَ تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ العَلِيمِ
Bārakallāhu lī walakum fil Qur'ānil 'Aẓīm, wa nafa'anī wa iyyākum bimā fīhi minal āyāti wa dzikril ḥakīm, wa taqabbalallāhu minnī wa minkum tilāwatahū, innahū huwas Samī'ul 'Alīm.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ
Alḥamdullillāhil ladzī lahū mā fis samāwāti wa mā fil arḍ, wa lahul ḥamdu fil ākhirah, wa huwal Ḥakīmul Khabīr.
أَشْهَدُ أَن لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
Asyhadu an lā ilāha illallāhu waḥdahu lā syarīka lah, wa asyhadu anna Muḥammadan 'abduhū wa rasūluh.
أَللهُمَّ صَلِّ وَ سَلَّمَ عَلَى سَيِّ دِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ
Allāhumma ṣalli wa sallim 'alā sayyidinā Muḥammadin wa 'alā ālihī wa ṣaḥbihī ajma'īn.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Yā ayyuhalladzīna āmanūt taqullāha wa qūlū qaulan sadīdā, yuṣliḥ lakum a'mālakum wa yaghfir lakum dzunūbakum, wa may yuṭi'illāha wa rasūlahū fa qad fāza fauzan 'aẓīmā.
إِنَّ اللَّهَ وَ مَلَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوا تَسلِيماً
Innallāha wa malā'ikatahū yuṣallūna 'alan nabiyy, yā ayyuhalladzīna āmanū ṣallū 'alaihi wa sallimū taslīmā.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ وَالمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاء مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ
Allāhummaghfir lil mu'minīna wal mu'mināti wal muslimīna wal muslimāt, al aḥyā'i minhum wal amwāt.
اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتَّبَاعَهُ, وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بِأَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Allāhumma arinal ḥaqqa ḥaqqan warzuqnattibā'ah, wa arinal bāṭila bāṭilan warzuqnājtinābah.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
Rabbanā lā tuzigh qulūbanā ba'da idz hadaitanā wa hab lanā mil ladunka raḥmah, innaka antal Wahhāb.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيمٌ
Rabbanaghfir lanā wa li ikhwāninalladzīna sabaqūnā bil īmān, wa lā taj'al fī qulūbinā ghillal lilladzīna āmanū, rabbanā innaka Ra'ūfun Raḥīm.
اللهُمَّ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Allāhumma rabbanā ẓalamnā anfusana wa il lam taghfir lanā wa tarḥamnā lanakūnanna minal khāsirīn.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Rabbanā hab lanā min azwājinā wa dzurriyyātinā qurrata a'yun, waj'alnā lil muttaqīna imāmā.
رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا
Rabbanaghfir lanā dzunūbanā wa liwālidīnā warḥamhumā kamā rabbayānā ṣighārā.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً .. وَقِنَا عَذَابَ النَّار.. وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.. وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Rabbanā ātinā fid dunyā ḥasanatan wa fil ākhirati ḥasanah, wa qinā 'adzāban nār... wa qinā 'adzāban nār... wa qinā 'adzāban nār.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Subḥāna rabbika rabbil 'izzati 'ammā yaṣifūn, wa salāmun 'alal mursalīn, wal ḥamdullillāhi rabbil 'ālamīn.
عِبَادَ اللهِ ..... إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبيَ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
'Ibādallāh... Innallāha ya'muru bil 'adli wal iḥsāni wa īta'i dzil qurbā wa yanhā 'anil faḥsyā'i wal munkari wal baghyi ya'iẓukum la'allakum tadzakkarūn.
وَاذْكُرُوا اللَّهَ العَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرْ
Wadzkurullāhal 'Aẓīma yadzkurkum, wasykurūhu 'alā ni'amihī yazidkum, wa ladzikrullāhi akbar.
