GORONTALO - Salah satu kekayaan budaya Islam yang masih terjaga di Gorontalo adalah tradisi "Mohudu Tunggudu". Istilah dalam bahasa Gorontalo ini merujuk pada prosesi khidmat dan sarat makna, yaitu penyerahan tongkat dari seorang bilal (muazin) kepada khatib sebelum dimulainya khutbah Jumat atau khutbah Idul Fitri.
"Mohudu Tunggudu" secara harfiah berarti 'menyerahkan tongkat', namun makna filosofisnya jauh lebih dalam. Prosesi ini melambangkan peralihan tugas dan tanggung jawab secara resmi. Bilal, yang telah menyelesaikan peranannya dalam menyerukan azan dan melaksanakan tugas kebilalan, kini menyerahkan otoritas kepada khatib yang akan memimpin sesi khotbah dan ibadah.
Tradisi ini adalah wujud nyata dari tata tertib dan kepemimpinan dalam ritual keagamaan, memastikan bahwa setiap tahapan ibadah dilaksanakan dengan tertib dan oleh pihak yang berwenang.
Prosesi penyerahan tongkat ini seringkali diikuti dengan pembacaan pengantar khutbah yang khas dalam bahasa Gorontalo, yang menjadi penanda dimulainya sesi penyampaian pesan-pesan keagamaan.
Berikut adalah nukilan bacaan yang umumnya dilafalkan, yang intinya mengajak jamaah untuk berdiam diri, menyimak khutbah, dan tidak berbicara satu sama lain:
"Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh wey o ambuwa Lo ta isilamu o ambuwa liyo Lo ta he Po ibadatiya Ode Allah Subhana huwata'ala Lo tombilu ti abi hurairah Radhiyallahu Anhu, tutu liyo tutu Rasulullah Saw Lo tahuda mayi dulahu juma'ati liyo ta uwa lotonulola dulahu. Dalahe pohajiya lota pakiri wawu dulahu buka liyo Lo ta misikini, wawu hutuba boyito huwahuwanthohe tabiya paradu dulo tilihula. Totonggade ti hatibi ma mobotula mola ode mimbaru wawu mahemo hutuba eleyihiya ma'o udongo mebibisalawa ungota wawu ngota wonu dongo me bibisalawa mayi sia sia juma'ati liyo, wamba'o moti po'oyo wawu modungohemola hutuba. Uwito uma poluhuta liyo mayi barakati olantho mo a amila. innallaha wamalaikatahu yushalluna Alannabi ya ayyuhalladzina amanu shallu alaihi washallimmu taslimaa"
Inti dari bacaan tersebut adalah sebuah peringatan dan ajakan untuk berdiam diri dan mendengarkan khutbah. Disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, barang siapa yang berbicara atau sibuk dengan hal lain saat khatib telah naik mimbar dan memulai khutbah, maka sia-sialah Jumatnya. Bacaan ini kemudian ditutup dengan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW.
Melalui tradisi Mohudu Tunggudu, masyarakat Gorontalo tidak hanya melestarikan ritual keagamaan, tetapi juga menjaga nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang mengajarkan pentingnya ketertiban, penghormatan, dan fokus dalam beribadah.
Sumber :
